Dalam buku Qishas al-Abrar karya
Murtadha Muthahhari, halaman 10-11, dikisahkan ada sahabat Nabi yang diuji
dengan kekurangan ekonomi. Ia tidak dapat memenuhi keperluan istri dan
anak-anaknya. Ketika kefakiran dirasa sudah begitu berat, istrinya memintanya
untuk menemui Rasulullah Saw meminta bantuannya.
Berjalanlah ia menuju majelis Nabi.
Sesampainya di sana, ia mendengar Nabi Saw tengah bersabda: “Man sa`alana
a’thainahu, wa man istaghna aghnahullah… Barangsiapa yang meminta kepada kami,
akan kami beri. Barangsiapa yang merasa cukup, Allah akan mencukupinya.”
Mendengar ini, sahabat ini urung
menyatakan keperluannya. Ia bertekad tidak akan meminta bantuan manusia selama
ia sanggup menjalankannya. Katanya: Aku akan tawakal pada Allah, cukuplah
Allah penolongku.
Kemudian ia melangkah ke sahara. Ia mengumpulkan
tumbuh-tumbuhan kering yang dapat dicarinya, menjualnya ke kota, dan
menjadikannya mata pencariannya.
Berjalanlah waktu sekian lama. Hingga
akhirnya ia sanggup memenuhi keperluan keluarganya, bahkan memiliki kekayaan
berlimpah dan punya pekerja yang banyak.
Ketika ia kembali bertemu Rasulullah Saw, ia
kisahkan ceritanya. Kemudian Nabi tersenyum dan bersabda: “Masih ingatkah kau
ucapanku: Man sa`alana a’thainahu, wa man istaghna aghnahullah…Barangsiapa yang
meminta pada kami, akan kami beri. Barangsiapa yang merasa cukup, Allah akan
mencukupinya.”