Sekarang saya cerita tentang buku-buku yang dibaca. Satu di antaranya yang menarik adalah buku berjudul “Islam Aktual” dan “Islam Alternatif” karya Kang Jalal. Buku dari penulis luar yang saya kagumi berjudul (terjemahan) “Islam dan Tantangan Zaman” karya Murtadha Muthahhari dan buku yang ditulis oleh Dr Ali Syariati berjudul “Islam Agama Protes”; yang menguraikan hakikat agama Islam sebagai pembawa perubahan di masyarakat dan menjelaskan filsafat sejarah masa depan. Kemudian buku “Minhajul Abidin” karya Abu Hamid Al-Ghazali dan “Bidayatul Mujtahid” karya Ibnu Rusyd, yang dibaca sampai dua kali khatam.
Dengan membaca buku-buku, saya merasakan ada tambahan ilmu dan pengetahuan keagamaan. Dalam lubuk hati, saya berniat untuk sekolah S2 dan S3 dalam rangka mandalami khazanah ilmu-ilmu agama Islam, khususnya tentang sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw. Dikarenakan tidak ada biaya sehingga saya mengurungkan niat. Saya hanya berdiam di rumah sambil membaca buku-buku peninggalan ayah saya. Sayangnya, buku-buku peninggalan ayah saya lebih bernuansa doktrin dan dari segi isi mengulang pelajaran di bangku kuliah.
Selanjutnya seorang tetangga di dekat rumah mengajak saya bergabung kerja dengan sebuah pesantren ternama di Bandung. Saya bekerja sebagai jurnalis kemudian redaktur majalah dan online. Dunia pesantren modern saya alami. Saya pernah dimarahi pejabat pesantren dan diberi pendidikan militer di kawasan Lembang Bandung.
Selain
menikmati dunia jurnalis dan pesantren, ternyata Allah mempertemukan saya
dengan kawan-kawan yang aktif dalam kajian filsafat dan tasawuf. Sesekali kala
ada waktu saya ikut hadir. Maklum di pesantren tempat beraktivitas, kajian yang
saya dapatkan hanya pengulangan dari materi kuliah dan pelajaran agama dari SD
sampai SMA. Tidak ada hal baru atau yang menyegarkan dari segi pemikiran.
Selepas beres kerja dari pesantren, berhenti pula dalam kajian ilmiah. Maklum saat itu yang dipentingkan urusan mencari uang buat keluarga dan menjalani kehidupan rumah tangga. Dari pesantren kemudian pindah kerja pada penerbitan buku. Saya kerja sebagai editor untuk bidang buku agama dan umum. Dari dunia buku ini juga saya ternyata bertemu dengan aneka pemikiran.
Sembari menjalani aktivitas
sebagai editor, sesekali membaca buku-buku karya Kang Jalal dan kadang
menyempatkan datang ke UIN Bandung untuk berdiskusi dengan Prof Afif Muhammad
(saya menyapanya Ustadz Afif) seorang guru besar pemikiran Islam. Saya biasanya
konfirmasi kepadanya tentang
kajian pemikiran keislaman yang sulit dicerna. Saat saya mengkaji mazhab Syiah, Ustadz Afif mewanti-wanti agar
saya jangan sampai menjadi pengikut Syiah. Kalau perlu tidak bermazhab saja
karena agama Islam tidak melihat mazhab seseorang, tetapi pada amal saleh.
Itulah yang dinilai Allah dan Rasul-Nya. Dan saya pun mengiyakan.
Dari
penerbitan, saya masuk dunia pendidikan. Saya belajar menjadi pengajar. Saya belajar tentang dunia Islam
karena di sekolah tersebut saya diamanahi mengajar agama dan bahasa Indonesia.
Alhamdulillah, pengetahuan bahasa Indonesia yang saya pelajari dalam dunia
jurnalis dan penerbitan terpakai kembali di sekolah. Pengetahuan agama yang
saya pelajari juga terpakai karena mengajar agama. Setelah dari dunia pendidikan;
apakah saya akan berlabuh lagi? Entahlah, saya coba mengikuti alur gerak dari
Ilahi saja.
Antara tahun 2013-2014, saya dihinggapi rasa bosan dalam menghadiri majelis ilmu atau kajian ilmiah. Sebabnya hampir setiap kajian yang dibahas tidak ada yang baru serta membosankan. Karena itu, saya mencukupkan (sementara) dengan membaca buku-buku yang ditulis oleh ulama atau ilmuwan Muslim maupun orientalis. Saat mengkhususkan diri dengan membaca buku-buku, yang membuat saya tersedot untuk terus membaca buku adalah tema biografi Nabi Muhammad saw (Sirah Nabawiyyah).
Inginnya membaca dari buku
berbahasa Arab dan Inggris. Sayangnya kemampuan saya dalam kedua bahasa
tersebut tidak sanggup mencerahkan saya. Maklum pelajaran bahasa Arab, Inggris,
dan Belanda dari bangku kuliah hanya lewat begitu saja. Karena tidak ada
tuntutan akademik, saya cukup baca terjemahan sambil sesekali melakukan cek
pada buku yang berbahasa Arab dan Inggris. Saya membaca beberapa karya dari
orientalis, ulama, dan cendekiawan. Membaca juga ulasan dari internet tentang
buku biografi Rasulullah saw.
Pada tahun 2014, saya dapat kabar bahwa
Pascasarjana UIN SGD Bandung membuka program studi Sejarah dan Peradaban Islam.
Saya coba cari informasi dan bertemu dengan Sang Guru Dr. H. Ajid Thohir, M.Ag.
Beliau ini ketua prodinya dan dahulu mengampu matakuliah sejarah peradaban
Islam masa klasik. Saya coba tanya tentang beasiswa. Menurut Sang Guru bahwa
daftar saja karena nanti rezekinya akan ada dengan sendiri. Setiap makhluk
sudah ada rezeki dan setiap perbuatan baik, terutama dalam keilmuan Islam pasti
ada rezekinya dari Allah. Dari kalimat itu saya terdorong. Saya ngobrol dengan
istri dan seorang teman yang minat dalam kajian Islam. Istri pun mengizinkan
dan teman saya memberikan saya uang untuk daftar kuliah. Saya pun ikut ujian
dan dinyatakan lulus. Selanjutnya pada awal kuliah teman saya membayarkan uang
semesteran. Karena saya kuliah maka kerja di sekolah pun harus dikurangi
harinya. Tentu berdampak kurangnya pendapatan (uang) bulanan yang saya terima.
Saya dan istri merasakan betapa susahnya mengatur uang untuk kebutuhan buku,
kertas dan print out, bensin motor ke tempat kuliah, dan mengatur kebutuhan
harian terkait makan, minum, dan anggaran rumah tangga.
Saat
menjalani masa kuliah, saya coba mencari beasiswa pada Kementerian Agama.
Memang ada kabar beasiswa. Saya pun melakukan pengajuan. Dalam pengumuman yang
terpampang di papan Pascasarjana UIN Bandung, nama saya tidak tercantum.
Seorang kawan mengatakan coba meminta bantuan pada lembaga atau ormas Islam.
Saya sampaikan dahulu saat menyusun skripsi pun pernah dilakukan dan tidak satu
pun yang membantu. Daripada minta pada manusia atau lembaga sulit diberinya,
lebih baik minta kepada Allah dan Rasulullah Saw. Kemudian saya pun menitip doa
dalam bentuk surat melalui orang-orang yang umrah agar dibacakan depan pintu
makam Rasulullah Saw. Saya
yakin Allah akan senantiasa membantu dan memudahkan jalan orang-orang yang
mencari ilmu.
Alhamdulillah
beres kuliah S2 sampai wisuda tahun 2016 meraih predikat cum laude dengan tesis berjudul Sirah Nabawiyah di Indonesia: Studi Historiografi karya Sejarah.
Yang tidak mengerti dalam proses kuliah, begitu mudah menyelesaikan tugas dan
menyusun tesis pun tidak sulit. Pencarian sumber terasa mudah dan cepat sesuai
dengan waktu perkuliahan yang ditentukan pihak Pascasarjana UIN Bandung.
For your information... Meski
sudah tingkat magister, tetap saja urusan rezeki keluarga belum ada perubahan. Saya berasumsi bahwa
urusan rezeki harian keluarga dan kebutuhan personal tidak berhubungan dengan
tingkat pendidikan. Saya
percaya bahwa Allah yang menentukan rezeki. Manusia hanya menjalani kehidupan
sesuai dengan alur hidup dari-Nya, termasuk
dalam menyusun tulisan ini pun bagian dari alur hidup. *** (ahmad sahidin)