Para sejarawan sepakat bahwa Sayyid Muhammad bin Abdullah adalah Utusan Allah terakhir yang lahir pada Rabiul Awwal.[1] Perbedaannya hanya mengenai tanggal kelahiran.[2] Ada yang berpendapat Nabi Muhammad saw lahir pada waktu fajar, Jumat, 17 Rabiul Awwal tahun Gajah[3] (570 Masehi) di kaki Gunung Qubaisyi, Suqullail, Makkah. Pendapat yang populer menyebut Nabi lahir pada 12 Rabiul Awwal[4] dan tanggal 9 Rabiul Awwal hari senin (waktu fajar).[5]
Sayyid Muhammad lahir dari pasangan Sayyidah Aminah binti Wahab dan Sayyid Abdullah
bin Abdul Muthalib. Sejak lahir Sayyid Muhammad
sudah yatim karena ayahnya wafat dalam perjalanan dagang dan dikuburkan di
Yatsrib (Madinah). Disebutkan usia
Sayyid Abdullah saat meninggal antara
25-26 tahun dan meninggalkan harta warisan berupa budak wanita bernama Ummu
Aiman, lima ekor unta,
dan beberapa ekor biri-biri betina.[6]
Pada tahun kelahiran Sayyid Muhammad (sebelum lahir) diceritakan pernah terjadi penyerangan pasukan Abrahah yang akan menghancurkan
Baitullah, Ka’bah. Pasukan ini menggunakan gajah sebagai kendaraan tempur.
Sebelum menyerang, pasukan berkemah dan memberi kabar kepada penduduk Makkah
bahwa mereka tidak akan menyerang penduduk, tetapi hanya ingin menghancurkan
Ka’bah yang menjadi pusat keagamaan masyarakat Timur Tengah. Mereka iri dengan
Ka’bah yang mampu menyedot orang-orang berdatangan dan menghidupkan kawasan
Makkah karena tidak jarang antar pengunjung Ka’bah terjadi transaksi bisnis dan
penduduk setempat pun mendapatkan manfaat ekonomis dari orang-orang yang
berziarah. Itulah sebabnya Abrahah berusaha mengalihkan pengaruh tersebut di
negerinya, Yaman. Abrahah di
negerinya telah membuat pusat keagamaan yang mirip dengan
Ka’bah.
Abdul Muthalib selaku penjaga Ka’bah mendatangi
Abrahah. Dalam pertemuan itu, Abrahah menyampaikan maksud kedatangannya bersama
pasukan di Makkah, Abdul Muthalib hanya meminta dikembalikan unta-unta yang
ditangkap oleh pasukan Abrahah. Abdul
Muthalib berkata, “Ka’bah ada pemiliknya. Biarlah pemiliknya yang melindunginya.
Kembalikan unta-untaku dan jangan ganggu masyarakat Makkah.” Permintaan itu dituruti oleh Abrahah. Abdul
Muthalib mengumumkan kepada penduduk Makkah untuk meninggalkan kawasan Ka’bah dan
mengungsi sementara di gunung-gunung supaya tidak menghalangi penyerangan
Abrahah terhadap Ka’bah.
Di tempat pengungsian (ada juga yang
sebut depan pintu Kabah), Abdul Muthalib yang memiliki keyakinan hanif (millah Nabi Ibrahim as) berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya Ka’bah adalah milik-Mu
yang dibangun oleh Nabi-Mu untuk beribadah segenap manusia. Ya Allah,
sesungguhnya Engkau sebaik-baik penjaga. Karena itu, lindungilah rumah suci-Mu
dari orang-orang yang akan menghancurkannya.”
Tiba saatnya pasukan Abrahah memasuki kawasan
Ka’bah. Belum juga mereka menyentuh
Ka’bah, di atas langit
burung-burung bermunculan dan menjatuhkan batu tanah yang terbakar. Pasukan
gajah itu berlarian
dan banyak yang mati di tempat, termasuk Abrahah mati setiba di Yaman. Peristiwa ini
diabadikan dalam al-Quran surah Al-Fiil sebagai pelajaran untuk mereka yang
hendak merusak rumah ibadah umat Islam dan disebut tahun gajah untuk
penanggalan tahun lahirnya Sayyid Muhammad. Orang Arab tidak mengenal kalender
sehingga mengaitkan momentum penting dengan merujuk pada kejadian besar yang
pernah terjadi. Karena itu, tahun kelahiran Sayyid Muhammad disebut
tahun Gajah.
Sejarawan Jafar Subhani[7]
menyebutkan ketika Sayyid Muhammad lahir, dinding istana Khosrow (Kerajaan
Persia) retak dan menaranya rubuh, api kuil agama Majusi padam, danau sawah
mengering, berhala-berhala di Ka’bah berjatuhan, dan para pendeta Zaratustra
(Majusi) mendapatkan mimpi yang menakutkan.[8]
Kejadian-kejadian ini dapat disebut sebagai keagungan sosok Sayyid Muhammad dan mukjizat yang tidak dimiliki para Nabi Allah
sebelumnya. *** (ditulis oleh Ahmad Sahidin, artikel ini bagian dari buku Sirah Nabawiyah yang direncanakan untuk terbit; mohon doa)
[1] Dr.Maulana
Wahiduddin Khan, Muhammad: Nabi untuk
Semua (Jakarta: Alvabet, 2005), halaman 21 menyebutkan Nabi lahir pada 22
April 570 dan wafat 8 Juni 632 Masehi.
[2]Sudah menjadi tradisi setiap tiba Rabiul Awwal kaum
Muslim di
seluruh dunia merayakan kelahiran Nabi Muhammad saw yang disebut Maulid Nabi.
[3] Pendapat yang
menyebutkan Nabi lahir tanggal 17 hari Jumat saat fajar terbit merujuk pada
keterangan ahli sejarah Syaikh Abbas Al-Qummi dan Syaikh Ath-Thusi menyebut
malam 17 Rabiul Awwal (lihat Kitab Mafatihul Jinan, jilid 2, halaman 392).
[4] Umat Islam
Indonesia merayakan kelahiran Nabi pada 12 Rabiul Awwal. Ahli sejarah
Al-Mas’udi dan Syaikh Kulaini menyebut 12 Rabiul Awwal sebagai hari kelahiran
Nabi yang jatuh pada hari ahad (minggu). Lalu, kenapa ada yang menyebutkan hari
senin? Kemungkinan merujuk pada hadis Nabi yang memerintahkan puasa senin dan
kamis dengan menyebutkan Nabi lahir pada hari tersebut. Ada kaum Muslim yang
meyakini lahir dan wafat Nabi Muhammad saw sama jatuh pada 12 Rabiul Awwal. Ini
disebutkan dalam kitab Al-Maghazi karya Al-Waqidi.
[5] Disebutkan oleh Muhammad Sulaiman Manshurfury dalam kitab Muhadarat
Tarikhul Umam al-Islamiyyah, jilid 1, h.62; dan buku Nurul Yaqin Fii Sirati Sayyidil Mursalin karya Muhammad Khudari Bek
(Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2015).
[6] Bersumber dari
riwayat Ibn Sa’ad dalam Thabaqat.
Lihat Riaz Hussain, Abdullah, Ayah Sang
Nabi (Bandung: Marja, 2004) halaman 87- 89.
[7]Ayatullah Jafar
Subhani lahir pada 28 Syawal 1347 H. di Tabriz. Ia merupakan ulama Iran
yang sampai sekarang masih terus menekuni sejarah, hadits, fikih, dan teologi
(aqidah).
[8]Jafar Subhani, Sejarah Nabi Muhammad saw: Ar-Risalah (Jakarta:
Lentera, 2006) h.100.