Senin, 29 Maret 2021

Majusi, Shabiin, dan Musyrik

 Terkait dengan kitab Allah, selain yang sudah diketahui seperti Suhuf, Taurat, Zabur, dan Injil. Perlu diketahui kitab suci lainnya. Adakah? Bisa dikaji sebagai awal yaitu agama-agama yang disebutkan dalam Alquran. Misalnya dalam surah Alhajj [22] ayat 17 tercantum orang-orang beriman (agama Islam), Yahudi, Nasrani, Majusi, Shabiin, dan Musyrik (paganisme).

“Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi’iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat.” (QS. Al Hajj: 17)

Yang perlu diketahui yaitu agama Shabiin dan Majusi yang tergolong Ahlulkitab yang tentu memiliki kitab suci. Shabiin kitab sucinya disebut Al-Kanzariyah dan Majusi kitab sucinya disebut Avesta. Sedangkan kaum Musyrik, keyakinan mereka didasarkan pada turun temurun dari nenek moyang. Mereka tidak memiliki kitab yang tertulis, tetapi mengikuti leluhurnya.

Shabiin

Syaikh Makarim Syirazy dalam Tafsir Amtsal menjelaskan agama Shabiin sebagai ajaran yang berasal dari Nabi Yahya bin Zakaria as. Pernah berkembang di daerah Harran (Turki) dan dijuluki penyembah benda langit. Shabiin terbagi dua golongan, yang hanif dan yang musyrik. Agama Shabiin yang hanif mengambil berbagai ajaran dari agama lainnya yang baik kemudian disatukan menjadi kitab pedoman beragama.

Menurut Syaikh Hasan Salman dalam artikel yg tercantum di internet bahwa "Mereka memiliki kitab suci yang disebut الكنزارية (Al Kanzariyah), yang mereka yakini sebagai suhuf Nabi Adam. Di dalam kitab tersebut banyak sekali kisah-kisah palsu mengenai pembentukan alam semesta, juga terdapat doa-doa dan cerita-cerita." ( https://muslim.or.id/20615-siapakah-ash-shabiin-itu.html )

Majusi

Majusi adalah agama yang disebarkan oleh Zarathustra/Zoroasther di Persia kuno, abad 6 sebelum Masehi. Zarathustra memiliki kemampuan menyembuhkan orang sakit dan mukjizat. Majusi disebut agama kaum penyembah api karena saat ibadah menghadap tungku api sebagai representasi Ahura Mazda dan api simbol kesucian. Ibadahnya di Kuil Api. Kabarnya Salman Alfarisi pernah menjadi pengikut Majusi kemudian Nasrani dan Islam. Kaum Majusi yakin kepada Ahura Mazda sebagai Penguasa Kebaikan atau Tuhan yg pencipta dan manusia harus menghindari dari Ahriman, bisikan jahat yang gelincirkan dari kebenaran.

Kitab Majusi disebut Avesta, terdiri empat bagian: (1) Yasna yaitu kumpulan doa-doa dan aturan-aturan ibadah dari Zarathustra sebagai nabinya; (2) Visparat yaitu puji-pujian dan berisi permohonan kepada Tuhan; (3) Videvdat (Vendidad) yaitu tulisan tentang ritual pemurnian; (4) Khode Avesta yaitu buku kumpulan doa sehari-hari,  puji-pujian, dan puisi kepahlawanan Zarathustra.

Agama Majusi masih dianut orang-orang kampung di Iran, India, Amerika, Inggris, dan di negeri Tibet ada kesamaan dengan ajaran Dalai Lama tentang mayat disimpan pada tempat tinggi dibiarkan agar dimakan burung. Sisa tulangnya dihancurkan dan dibuang ke laut.

Musyrik

Mereka ini dikenal penyembah berhala (paganisme) dan orang yang meyakini Tuhan itu banyak serta menjelma pada benda, pohon, binatang, dan mewujud pada seseorang atau percaya kepada kahin (dukun). Orang-orang Musyrik masa Rasulullah Saw banyak dan ibadah pun di sekitar Kabah. Meski keyakinannya dicela/bathil, tetapi ada di antara kaum Musyrik yang berkelakuan baik sehingga (dalam Qs Alhajj 17) Allah akan memberi keputusan atas kebaikannya. Sebut saja Hatim Ath-Thay dipuji oleh Nabi dan keputusannya ada pada Allah. Karena perilaku Hatim baik pada orang-orang, sehingga dinilai oleh Nabi sebagai orang yang berakhlak. Karena itu, Nabi membebaskan putri Hatim saat ditangkap sebagai tawanan. Ia dibebaskan oleh Nabi dan orang-orang yang bersamanya pun dibebaskan hanya karena Hatim Ath-Thay berperilaku baik.

Sejarah mengisahkan banyak orang yang tidak beragama Islam, tapi berbuat baik dan berkontribusi dalam kemanusiaan dan peradaban dunia. Karya mereka bermanfaat dan digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Sebut saja nama Thomas Alfa Edison, Einstein, atau tokoh penemu bidang teknologi dan bidang kedokteran yang penemuannya bermanfaat buat kita semua. Atau yang peduli dengan orang-orang penyakit lepra, cacat, dan anak-anak misikin serta yang tidak punya tempat tinggal oleh Bunda Theresa diurus, dirawat, diberi makanan dan minuman. Meski Theresa ini beragama non-Islam, tetapi ia tetap peduli pada orang-orang walaupun beragama Islam. 

Jadi, dalam urusan kemanusiaan bersifat lintas iman, lintas agama, dan lintas budaya. Membantu sesama manusia itu harusnya seperti itu. Jangan sampai karena agamanya beda kemudian tidak dibantu. Seharusnya begitu, empati harus dilakukan pada oran-orang sekitar kita. Niat dan amal tidak tertukar. Insya Allah akan dapat beri ganjaran atau pahala untuk orang-orang yang bersikap empati.

Penemu listrik, penemu radio, dan mungkin nanti penemu anti virus corona. Semua itu manfaatnya bukan hanya untuk orang yang seagama dengan orang yang menemukannya, tetapi buat manusia secara global. Karena itu, penemuan ilmiah yang bermanfaat dalam bidang teknologi atau kedokteran serta sikap kemanusiaan pasti manfaat buat manusia. Tentu itu masuk kategori perbuatan baik (amalus shaleh).

Sesuai dengan Alquran surah Albaqarah 62, Almaidah 69, dan Alhajj 17, bahwa setiap perbuatan baik akan dapat pahala dari Allah. Dan menurut Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah bahwa mereka orang-orang non Muslim yang penemu dalam bidangnya tersebut akan dapat balasan atas kebaikannya. *** (ahmad sahidin)