Pekan ini saya kembali menyelesaikan baca buku karya Murtadha
Muthahhari yang berjudul "Teori Pengetahuan: Catatan Kritis atas Berbagai
Isu Epistemologis". Buku 235 halaman ini dahulu pernah dituntaskan bacanya
kala terbit dengan judul buku "Mengenal Epistemologi".
Meski secara isi
buku sama, tetapi ada perbaikan dari istilah yang digunakan dalam kajian
epistemologi dan perbaikan dari sisi teknikal editing. Sehingga lebih enak dan
terasa mengalir saat dibaca. Beberapa penjelasan istilah yang tersaji dalam
catatan kaki dan catatan akhir tiap babnya sangat membantu pembaca yang kurang
ilmu seperti saya ini.
Buku ini disajikan dalam sepuluh bab dan setiap bab diuraikan pembahasan,
yang dari sisi kajian tidak berbahasa filosofis tetapi dengan uraian yang mudah
dicerna dan diberikan contohnya. Ini mungkin khas Muthahhari mampu menyajikan
khazanah pemikiran dengan bahasa kaum awam. Dan tidak saja filsafat Islam yang
disajikan dalam buku ini, tetapi mengulas juga pandang filosof dari Barat. Dari
Aristoteles dan Plato kemudian Hegel dan Kant sampai Bacon, Bergson, dan
Feurbach. Bahkan Muthahhari pun memiliki pandangan kritis atas pemikiran
mereka. Dan ini yang khas dari Muthahhari.
Secara substantif, sebagaimana tercantum dalam cover buku, bahwa
Muthahhari menyebutkan ada empat sumber pengetahuan: alam, akal, hati, dan
sejarah. Kemudian yang menjadi instrumen untuk mendapatkan pengetahuan adalah
indra, akal (silogisme), dan hati (penyucian jiwa). Semua itu Muthahhari rumuskan berdasarkan
kajian dan telaah filosofis pada ayat-ayat Alquran. Dan ini mungkin bisa
disebut epistemologi dalam Islam berdasarkan rumusan Muthahhari, ulama modern
dari Iran.
Berkaitan dengan sejarah sebagai sumber pengetahuan, saya kira ini
temuan yang khas dari Muthahhari. Karena para filosof lainnya tidak memasukkan
sejarah dalam sumber pengetahuan. Sejarah menurut Muthahhari menyajikan
berbagai peristiwa manusia terdahulu, mulai dari individu dan kaum (masyarakat)
sampai keunikan zaman dan kehancuran suatu kaum akibat laku hidupnya yang
merusak atau karena azab Tuhan. Semua itu menjadi informasi berharga bagi
manusia masa kini dan generasi masa depan. Dari sejarah itulah manusia bisa
belajar, membaca, memerhatikan, dan mengamati kemajuan dan kehancuran dari
setiap generasi yang pernah hidup di zaman dahulu.
Sejarah sebagai sumber pengetahuan ini, menurut Muthahhari, diambil
dari Muhammad Iqbal dalam buku “The Reconstruction of Religious Thought in Islam”
yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Persia. Muthahhari dari buku tersebut
terinspirasi dan sekaligus mengukuhkan bahwa sejarah sebagai sumber
pengetahuan. Kemudian pada buku Society
and History, Muthahhari berhasil menyajikan rincian sebagai peristiwa,
sejarah sebagai ilmu, dan sejarah sebagai filsafat sejarah yang merupakan
hukum-hukum perubahan dan perkembangan zaman.
Buku ini sangat layak dibaca oleh mereka yang ingin mengenal filsafat
Islam dan memahami perkembangan filsafat Barat pada abad modern yang
mempengaruhi dunia Islam. Meski leluasa masuk dan dibaca kaum Muslim, tetapi
Muthahhari tidak serta merta menelannya. Beliau melakukan studi kritis
terhadapnya. Ini yang harusnya dijadikan acuan oleh umat Islam yang ingin tercerahkan.
Selamat membaca buku ini bagi yang sudah membelinya. Buku ini diterbitkan Sadra
Press Jakarta tahun 2019. *** (ahmad
sahidin)