Selasa, 15 Desember 2020

Resensi buku Teori Pengetahuan: Catatan Kritis atas Berbagai Isu Epistemologis


Pekan ini saya kembali menyelesaikan baca buku karya Murtadha Muthahhari yang berjudul "Teori Pengetahuan: Catatan Kritis atas Berbagai Isu Epistemologis". Buku 235 halaman ini dahulu pernah dituntaskan bacanya kala terbit dengan judul buku "Mengenal Epistemologi". 

Meski secara isi buku sama, tetapi ada perbaikan dari istilah yang digunakan dalam kajian epistemologi dan perbaikan dari sisi teknikal editing. Sehingga lebih enak dan terasa mengalir saat dibaca. Beberapa penjelasan istilah yang tersaji dalam catatan kaki dan catatan akhir tiap babnya sangat membantu pembaca yang kurang ilmu seperti saya ini.

Buku ini disajikan dalam sepuluh bab dan setiap bab diuraikan pembahasan, yang dari sisi kajian tidak berbahasa filosofis tetapi dengan uraian yang mudah dicerna dan diberikan contohnya. Ini mungkin khas Muthahhari mampu menyajikan khazanah pemikiran dengan bahasa kaum awam. Dan tidak saja filsafat Islam yang disajikan dalam buku ini, tetapi mengulas juga pandang filosof dari Barat. Dari Aristoteles dan Plato kemudian Hegel dan Kant sampai Bacon, Bergson, dan Feurbach. Bahkan Muthahhari pun memiliki pandangan kritis atas pemikiran mereka. Dan ini yang khas dari Muthahhari.

Secara substantif, sebagaimana tercantum dalam cover buku, bahwa Muthahhari menyebutkan ada empat sumber pengetahuan: alam, akal, hati, dan sejarah. Kemudian yang menjadi instrumen untuk mendapatkan pengetahuan adalah indra, akal (silogisme), dan hati (penyucian jiwa).   Semua itu Muthahhari rumuskan berdasarkan kajian dan telaah filosofis pada ayat-ayat Alquran. Dan ini mungkin bisa disebut epistemologi dalam Islam berdasarkan rumusan Muthahhari, ulama modern dari Iran.

Berkaitan dengan sejarah sebagai sumber pengetahuan, saya kira ini temuan yang khas dari Muthahhari. Karena para filosof lainnya tidak memasukkan sejarah dalam sumber pengetahuan. Sejarah menurut Muthahhari menyajikan berbagai peristiwa manusia terdahulu, mulai dari individu dan kaum (masyarakat) sampai keunikan zaman dan kehancuran suatu kaum akibat laku hidupnya yang merusak atau karena azab Tuhan. Semua itu menjadi informasi berharga bagi manusia masa kini dan generasi masa depan. Dari sejarah itulah manusia bisa belajar, membaca, memerhatikan, dan mengamati kemajuan dan kehancuran dari setiap generasi yang pernah hidup di zaman dahulu.

Sejarah sebagai sumber pengetahuan ini, menurut Muthahhari, diambil dari Muhammad Iqbal dalam buku “The Reconstruction of Religious Thought in Islam” yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Persia. Muthahhari dari buku tersebut terinspirasi dan sekaligus mengukuhkan bahwa sejarah sebagai sumber pengetahuan. Kemudian pada buku Society and History, Muthahhari berhasil menyajikan rincian sebagai peristiwa, sejarah sebagai ilmu, dan sejarah sebagai filsafat sejarah yang merupakan hukum-hukum perubahan dan perkembangan zaman.

Buku ini sangat layak dibaca oleh mereka yang ingin mengenal filsafat Islam dan memahami perkembangan filsafat Barat pada abad modern yang mempengaruhi dunia Islam. Meski leluasa masuk dan dibaca kaum Muslim, tetapi Muthahhari tidak serta merta menelannya. Beliau melakukan studi kritis terhadapnya. Ini yang harusnya dijadikan acuan oleh umat Islam yang ingin tercerahkan. Selamat membaca buku ini bagi yang sudah membelinya. Buku ini diterbitkan Sadra Press Jakarta tahun 2019. *** (ahmad sahidin)