Sabtu, 01 Juni 2019

Resensi buku Islam Mazhab Indonesia

MB.Hooker dari Australia menulis buku yang diterjemahkan dengan judul "Islam Mazhab Indonesia". Diterbitkan Teraju Mizan dan diberi pengantar oleh Prof Muhammad Quraish Shihab.

Buku ini menarik dari judulnya karena telah merepresentasikan Islam di Indonesia dengan empat lembaga: Persatuan Islam/Persis, Nahdlatul Ulama/NU, Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia/MUI.

Lembaga keislaman lainnya tidak masuk, seperti PUI/Persatuan Umat Islam dan lainnya. Meski tidak disebutkan dengan jelas tentang pilihan risetnya, Hooker cukup mengena saat memilah umat Islam Indonesia dalam konteks modern dan masa orde lama, yang masa itu perjuangan identitas umat Islam sangat kentara, bahkan terjadi dialog dengan kaum nasionalis. Sehingga proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia ada peran intelektual dari umat Islam. Tentu pascakemerdekaan pun umat Islam ikut dalam proses pembangunan meski masa orde baru ruang geraknya terbatas.
Di buku ini, Hooker menguraikan latar belakang munculnya empat lembaga agama Islam tersebut, pengaruhnya, dan ikhtilaf terkait fatwa atau isu dengan tema seperti upacara kematian, dzikir,  maulid, cinta tanah air, makanan halal, dan lainnya. Dari setiap tema fatwa yang dibahas dalam buku ini, ada pandangan yang sama dari keempatnya, bahkan ada saling tolak belakang.

Bagi yang penasaran tentang fatwa, bisa baca saja bukunya. Namun yang mesti diperhatikan secara substantif adalah tentang keragaman Islam di Indonesia yang muncul melalui ormas maupun lembaga pendidikan, terutama pesantren dan madrasah.

Satu hal yang saya kira belum tercakup dalam pemetaan Islam di buku karya Hooker ini, yaitu kaum sufi yang tergabung dalam tarekat.

Meski dianggap terwakili oleh NU, tetapi komunitas sufi sangat khas dan mandiri dari perilaku ibadah maupun kultur.

Persis dan Muhammadiyah dianggap mewakili kaum puritan dan orang-orang kota. NU dianggap mewakili kaum muslim desa dan tradisional. Sedangkan MUI dianggap  alternatif dari ketiga ormas tersebut, terutama untuk orang-orang Islam yang tidak fanatik dengan golongan atau mazhab, bahkan pro pemerintah.

Terakhir, buku tersebut mometret wacana keislaman akhir orde lama dan masa jaya orde baru. Jika ada yang minat riset akan menarik dilanjutkan riset peta wacana pemikiran agama Islam pasca orde baru sampai sekarang. Akan menarik karena wajah Muslim Indonesia kini tidak hanya diwakili oleh empat lembaga tersebut. Ayo riset! *** (Ahmad Sahidin)