Jumat, 15 September 2017

Gagal Masuk CPNS 2017: Waktu Anu Mustari

Saya harus menuliskannya. Mungkin akan lebih tersalurkan. Sedikit kecewa karena tak bisa ikut meramaikan bursa CPNS Kemenag 2017. Saat coba daftar online, ternyata langsung ada penolakan online karena usia yang lebih setahun dari batas maksimal. Tadinya saya membidik CPNS di lingkungan kampus UIN dan IAIN yang menyediakan formasi dosen sejarah peradaban Islam. Termasuk yang di almamater saya di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Yah, nasib. Dan memang harus plong dada ini meski ingin belajar menjadi pengajar resmi tingkat perguruan tinggi sekaligus coba mengais rejeki yang lebih dari sekadar honorer.

Saya tertarik masuk dunia kampus karena selepas kuliah S2 kemarin diajak ngajar di prodi sejarah dan kebudayaan Islam di UIN SGD Bandung membantu Dr Ajid Thohir yang mengampu mata kuliah filsafat sejarah. Bidang yang menarik buat saya dan menantang dalam khazanah intelektual filsafat. Meski hanya satu semester mengabdi, tetapi terasa ada "ibrah". Salah satunya keluwesan dalam menyampaikan opini secara luas terkait dengan pemikiran sejarah. Jika di level sekolah menengah dan sekolah dasar, terasa ada "halangan" dalam menyampaikan pendapat atau opini maupun kajian kontemporer terkait dengan materi pelajaran. Di bangku kuliah lebih terbuka dan bisa beragam perspektif.

Mungkin belum waktunya. Dan kini saya harus percaya dengan salah satu aliran filsafat sejarah yang menyatakan "The Great Time" yang saya beri makna wanci anu mustari. Segala sesuatu yang belum ketentuan dan belum muncul "waktu" yang besar, atau yang belum "waktunya" maka tak akan berhasil.

Seperti perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dahulu telah dirintis oleh orang-orang Indonesia sebelum tahun 1945 dengan berbagai gerakan dan upaya-upaya memerdekakan dari kolonial. Namun tidak berhasil. Dan ternyata momentum historis bagi Indonesia mesti jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945. Dan menariknya mesti oleh Soekarno dan Bung Hatta dalam memekikkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Inilah yang kadang tidak saya pahami bahwa ada "misteri" dalam sejarah manusia. Jika belum saatnya, ya tidak terjadi.

Dan saya menjadi makin sadar dalam menjalankan hidup di dunia: ternyata Tuhan masih berperan. Dan memang semestinya dilibatkan sepenuh jiwa. Saya percaya ada "kun fayaa kun" dan saya menantikannya. Pasti yang berasal dari Tuhan adalah yang terbaik.

(Ahmad Sahidin)