Saya pernah mengajukan pertanyaan kepada Ustad Sinar
Agama di facebook: apakah Imam Ali as ada di antara sahabat ketika Nabi
Muhammad saw meminta kertas dan pena; yang tidak dipenuhi Umar bin Khattab (yang
dalam hadis dikatakan mengigau atau meracau) yang hadisnya berkaitan dengan
tragedi hari Kamis. Hadis ini diriwayatkan Ibnu Abbas. Mengapa Imam Ali as tidak
segera memenuhi permintaan Nabi (kalau sedang ada di sana)?
Sekira beberapa hari kemudian muncul jawaban dari Ustad Sinar Agama. Ustad Sinar Agama menjawab bahwa Imam Ali as ada
di situ. Sudah tentu Imam Ali as belum sempat beranjak. Karena
sekonyong-konyong setelah Nabi saw selesai meminta, mereka katakan bahwa beliau
saw sedang "meracau" atau "mengigau".
Sepertinya, saya
sudah menerangkan sebelum ini, bahwa setelah mereka diusir pergi oleh Nabi saw,
sesuai dengan hadis-hadis Bukhari dan Muslim yang meriwayatkan bahwa mereka
berkata Nabi saww "mengigau/meracau" itu, Ahlulbait as menyiapkan
kertas dan peda. Akan tetapi, Nabi saw sendiri menolaknya. Nabi saw berkata:
karena mereka sudah mengatakan "meracau".
Artinya, kalau Imamah itu dituliskan bukan malah menguatkan pelantikan Ghadir
Khum, tetapi malah menghancurkannya. Sebab Ghadir akan disamakan dengan racauan
atau ngigauan di hari Kamis. Tulisan tidak wajib, yang wajib adalah wasiat. Dan
Nabi saw sudah berkali-kali mewasiatkan tentang khilafah dan imamah setelah Beliau
saw. Itu sudah lebih dari cukup. Paling gamblangnya di depan 120.000 sahabat
sewaktu di Ghadir Khum.
Semoga Allah melindungi kita, dari kurang adab kepada
junjungan Nabi besar kita Muhammad saw. Amiin.
Begitu jawabnya. Benarkah itu? Sayangnya jawaban Sinar Agama tak menyebutkan sumber lain dari kitab sejarah. Amat sukar dipercaya kalau hanya gunakan kitab hadis yang kini telah dikaji oleh Prof Muhibbin dari UN Walisongo ternyata kitab bukhari itu tidak shahih seluruhnya. Bagaimana saya bisa percaya kalau merujuk kepada kitab hadis yang diragukan kebenarannya. Harus jadi bahan kajian selanjutnya nih.... (ahmad sahidin)
Begitu jawabnya. Benarkah itu? Sayangnya jawaban Sinar Agama tak menyebutkan sumber lain dari kitab sejarah. Amat sukar dipercaya kalau hanya gunakan kitab hadis yang kini telah dikaji oleh Prof Muhibbin dari UN Walisongo ternyata kitab bukhari itu tidak shahih seluruhnya. Bagaimana saya bisa percaya kalau merujuk kepada kitab hadis yang diragukan kebenarannya. Harus jadi bahan kajian selanjutnya nih.... (ahmad sahidin)